Rabu, 01 September 2010

ramadhan oh ramadhan.

banyak orang menanti kedatanganmu
setelah datang ternyata banyak orang yang mensia-siakanmu

ketika semua orang berpuasa
masih banyak orang yang makan dengan santainya di siang hari.

ketika orang berbondong sholat taraweh,
banyak yg lebih asyik dengan dunianya

ketika suara lantunan ayatMU bersautan di surau-surau,
banyak orang yg lebih asyik membicarakan orang lain..

ketika banyak orang duduk beriktikaf di malam terakhirmu
banyak orang yg sibuk belanja untuk baju baru di lebaran.


ya ROBB,
jadikanlah malam-malamku, malam yg penuh dengan rahmatMU
penuh dengan ampunanMu,

jadikanlah hamba yg tidak hanya berburu nikmatMU di ramadhan,
jadikanlah hati2 kami, hati-hati yang selalu merindukan perjumpaan denganMU.
jadikanlah nafas kami, nafas-nafas yg selalu berzikir kepadaMU.
jadikanlah prasangka kami, prasangka-prasangka yang selalu baik kepadaMU
jadikanlah kami termasuk orang-orang yang ada di jalan yang lurusMU.

doer...
renungan di malam ganjil ramadhan

Kamis, 19 Agustus 2010

kisah pak Puji.

Banyak kisah menarik dari orang “sukses”, setidaknya upaya untuk meningkatkan
harkat diri yang tiada henti serta luar biasa.
Seperti pertemuan saya dengan seseorang bapak yang bersahaja bernama mas “Puji”
disuatu acara dan sorenya saya sempatkan berkunjung kerumah sekaligus usaha
beliau ditemani sahabat saya yang membimbing jalan mas Puji ini ...
Berawal dari kehidupan yang serba kekurangan, makan saja dijatah agar semua
saudaranya kebagian sampai dengan susah payah bisa menyelesaikan SMEA dilakukan
semuanya dengan keprihatinan yang tinggi dan seperti banyaknya lulusan kejuruan
saat itu mencari pekerjaan bukanlah suatu hal yang gampang.

Puji muda mulai ngenger dirumah kakaknya, mengerjakan semua pekerjaan rumah
tangga sampai mencuci popok bayi anaknya sang kakak tetapi pekerjaan tetap hanya
diangan-angan sampai suatu ketika dia di “titip”kan dari pada nganggur terus
disuatu percetakan kecil.
Puji mengawali karier nya yang baru di percetakan dari bawah sekali, menyapu dan
membersihkan bekas pekerjaan sudah menjadi bagian sehari-hari yang tak
terpisahkan dan ini dilakoni selama 14 tahun ... hasilnya sebuah rumah type 21
itupun menyicil, Puji tinggal dirumah tersebut dengan keluarganya ... kemiskinan
masih erat menyertai, sampai saat istrinya hamilpun dia tidak malu meminta
pakaian hamil dari istri majikannya.
Suatu saat ada tawaran pekerjaan membesarkan anak ayam potong yang berjangka
waktu pendek, 35 hari .. Puji berpikir ini mungkin suatu cara merubah nasib,
modal tabungan yang hanya Rp. 1,25 juta dipertaruhkan untuk menyewa kandang ayam
yang tidak terpakai dan ternyata pertaruhan ini memang mendapatkan hasil yang
memuaskan, dia menerima sekitar Rp. 12 juta ... kaget dan gemetar saat menerima
uang tersebut, mulailah dia berpikir untuk menyewa kandang tersebut selama satu
tahun sambil membesarkan anak ayam potong sebagai sambilan selain pekerjaannya
di percetakan.
Setahun kemudian angin segar kelihatannya mulai mengalir, modal meningkat
menjadi Rp. 50 juta tetapi rupanya kesuksesan ini membawa angin iri ke pemilik
kandang sehingga kontrak tidak bisa diperpanjang lagi, singkatnya Puji
memberanikan diri membuat kandang ayam sendiri dengan menyewa tanah dengan
taruhan modal yang ada ditangan, disinilah mulainya angin balik .. seakan
keberuntungan mulai berpaling lagi, ada aturan main yang baru dari kandang yang
harus dibuat yang menyebabkan Puji tidak mendapatkan kontrak lagi dari
perusahaan ayam potong dan mencoba berdikari, kerugian meningkat dari bulan ke
bulan yang mengakibatkan tutupnya usaha pembesaran ayam potongnya.
Putus asa ??, oh itu tidak ada di kamus mas Puji yang satu ini, kebetulan saat
itu ada panganan Donat yang lagi top, dia beralih menjajakan donat ini selama 3
bulan, namanya makanan pasti orang bosan kalau tiap hari tetapi disaat itulah
dia mengenal sahabat saya yang menjadi langganan donat nya sampai suatu saat
setelah bisnis donat mulai redup, mas Puji berbicara dengan sahabat saya itu
sambil menanyakan apa bisa dicarikan jalan keluar.
Sahabat saya ini memang agak nyentrik, dia tanya apa yang menjadi modal Puji
selain pengalaman 14 tahun di percetakan ... yah Puji hanya menjawab Cuma punya
rumah tipe 21, itupun masih ada tanggungan 5juta lagi dan kalau dijual paling
laku Rp. 30juta ... lha sudah jual saja rumah itu dan kita bikin bisnis
percetakan ... lho ini ide gila darimana ... mau tinggal dimana, gimana
meyakinkan sang istri kalau rumah yang merupakan istana kecil mereka harus
dijadikan modal ...
Nekat merupakan jalan pintas .. ilmu kepepet dipakai dan dijuallah sang istana
kesayangan yang masih nyicil untuk modal melangkah lebih maju, itu kejadian
ditahun 2004.
Saat saya berkunjung kerumah sekaligus percetakan beliau 10 hari lalu saya tidak
melihat lagi sisa kegetiran masa lalu, hanya canda tawa dan sebuah mobil
terparkir dihalaman rumahnya dan usahanya sudah berkembang menjadi 6 unit lagi
.. malah lagi mau invest mesin baru lagi.
Perjuangan memang berat, setelah melewatinya maka rasa manis akan terasa ... “
Sekarang saya bisa membelikan makanan apa saja yang dimaui anak saya” demikian
mas Puji sambil tersenyum saat kami pamit.
Mas Puji ... saya salut dengan anda dan juga pada sahabat saya tercinta yang
menjadi tenaga pendorongnya ...

Wassalam,
Harmanto
www.topmdi.net

sumber millis TDA surabaya

Senin, 23 November 2009

101 Ide Bisnis dari Rumah (Tanpa Kantor)

by roniyuzirman

buku 101 ide bisnis dari rumah tanpa kantorBuku ini sudah cukup lama tergeletak di rak buku saya. Diberikan saat pertemuan TDA Tangerang, oleh penulis dan juga mompreneur yang sangat produktif dan kreatif, Sulistyawati N.

Perhatian saya tertahan kepada buku ini saat mencari ide untuk menulis blog yang sudah lama belum diupdate (karena lagi keranjingan Posterous, hehe). Kebetulan, kemarin saya membuka statistik blog ini dan menemukan bahwa banyak pembaca yang mencari informasi mengenai ide bisnis rumahan seperti ini. Ide bisnis yang cocok buat ibu-ibu atau bapak-bapak sekali pun yang ingin berbisnis di rumah tanpa meninggalkan buah hati mereka.

101 Ide Bisnis tanpa Kantor, Mencari Peluang dari Sudut Ruang Anda adalah judul yang cukup eye catching, menarik perhatian siapa saja yang sedang mencari ide bisnis yang sederhana, murah dan aplikatif. Saya merasakan bahwa saat ini kecenderungan para ibu/bapak yang ingin berbisnis di rumah sangat tinggi saat ini.

Beberapa ide yang ditawarkan sebenarnya telah dipraktekkan oleh member-member TDA yang jumlahnya tercatat sudah mencapai 10.000 orang ini. Jadi, isi buku ini applicable dan bukan teori. Saya sendiri kenal dengan para pelakunya karena terjun langsung dan bergaul dengan mereka di lapangan.

Ini beberapa ide bisnis yang saya pilih dan layak dicoba:

1. Produksi, penjualan ritel atau grosir seprai dan bed cover. Silakan search di google kata-kata ini. Pasti banyak ditemukan. Artinya, it works. Setiap ibu pasti ingin kamar mereka tampil indah dan nyaman. Maka, kebutuhan untuk produk perlengkapan kamar akan selalu ada.

2. Produksi, penjualan ritel, dan distributor grosir busana muslim dan jilbab. Sebagian member TDA telah sukses melakukannya. Saya sebutkan saja beberapa nama di antaranya: Doris Nasution, Hikmanul Hakiem,Teguh Atmajaya, Poppy Garmila, Erina Kartika. Kalau anda klik link tersebut, anda akan menemukan bisnis mereka sudah tidak lagi berbasis di rumah. Ya, karena sudah berkembang, tentu perlu toko atau menyewar ruko dan sebagainya.

3. Produksi, penjualan kue dan sejenisnya. Kue-kue atau cemilan telah menjadi keseharian kita. Ketika kita melihatnya di toko, secara dengan mudah kita akan membelinya tanpa pikir panjang. Apalagi kalau itu ditawarkan oleh teman atau tetangga kita. Makanya, bisnis seperti ini bisa berjalan secara alamiah dengan pemasaran dari mulut ke mulut. Menjelang lebaran, adalah masa panen dan berpotensi meraup keuntungan berlimpah. Coklat Mentari, adalah salah satu contoh member TDA yang sukses melakukannya.

4. Web disainer dan pembuatan web. Bagi anda yang punya skill di bidang IT, peluang bisnis ini masih terbuka lebar. Saat ini permintaan akan jasa ini sedang meningkat tajam. Dengan beroperasi di rumah, tentunya anda akan bisa menawarkan harga yang lebih fleksibel dan bersaing dengan perusahaan besar. Sebagian besar member TDA adalah orang IT dan banyak yang menjalankan bisnis ini, di antaranya adalah: Ipul Anwar.

5. Toko online. Ya, ini bisnis yang juga lagi hot menurut saya. Saya sendiri adalah pelakunya sejak tahun 2003 dan masih eksis sampai sekarang. Saat itu pemainnya masih bisa dihitung dengan jari, namun sekarang sudah berjubel. Artinya, peluangnya masih terbuka lebar dan menurut saya masih akan terus berkembang. Saat ini baru the first wave, early wave, belum mencapai puncaknya. Apa saja bisa dijual melalui online. Beberapa contoh sukses yang cukup fenomenal adalah: Mohamad Rosihan, Irwanto dan Hikmanul Hakiem.

Rasanya cukup panjang daftarnya kalau saya uraikan satu per satu.

Silakan anda telurusi sendiri tawaran ide-ide seperti: penjualan aksesoris, MLM produk kecantikan, kerajinan aksesori, toko sembako, katering, kursus memasak dan membuat kue, disainer interior, toko mainan anak, jasa penitipan anak, kelompok bermain dan taman kanak-kanak, jasa penerjemah, jasa pelatihan, penerbitan, rental buku, rental komputer, penulis (termasuk menjadi blogger profesional), penjualan voucher/HP, kerajinan tangan, kerajinan sulam/payet, jahit menjahit, fotografi dan cetak digital, cuci motor/mobil, jasa antar jemput sekolah/kantor, penjualan benda promosi, dan sebagainya. Pokoknya banyak banget idenya. Tinggal anda pilih saja mana yang cocok dan dekat dengan minat dan passion anda.

Mengenai how-to-nya, silakan saja baca buku praktis ini. Yang penting, setelah membaca dipraktekkan. Jangan terlalu banyak mikir dan menunda atau orang lain akan melakukannya. “Life is what happening while you are busy making plan”, kata John Lennon.

Kemarin saya membaca buku semi biografinya Venna Melinda. Ada kata-kata menarik yang saya temukan: “Mencoba, adalah jurus sakti untuk maju!”

Salam FUUUNtastic! SuksesMulia!
Wassalam,

Roni, www.manetvision.com, www.roniyuzirman.com, www.twitter.com/roniyuzirman

source : http://roniyuzirman.wordpress.com/2009/09/24/101-ide-bisnis-dari-rumah-tanpa-kantor/#comment-4132

Rabu, 21 Oktober 2009

Ternyata Hanya 10 Persen yang Layak Disebut Waralaba

Jumat, 9 Oktober 2009 | 19:47 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Idha Saraswati W Sejati

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kesadaran pemilik usaha untuk menaikkan status usahanya dari peluang usaha menjadi waralaba masih rendah. Meski belum bisa disebut sebagai waralaba, sekitar 90 persen pemilik peluang usaha yang sudah berani beroperasi layaknya sebuah waralaba sehingga berpotensi merugikan investor .

Ketua Asosiasi Franchise Indonesia Anang Sukandar mengatakan, peluang usaha (business opportunity) terus bermunculan. Saat ini, jumlah peluang usaha yang beroperasi di Indonesia mencapai 850 unit. Dari jumlah itu, baru sekitar 10 persen yang layak disebut sebagai waralaba (franchise). ...

"Untuk bisa disebut sebagai waralaba, usaha itu harus berhasil lebih dulu, 80 persen produknya cepat laku, memiliki keunikan, dan ada prototipe usahanya. Yang bisa seperti itu baru sekitar 10 persen. Kalau mau bertahan, waralaba itu tidak bisa muncul secara instan," tuturnya, Jumat (9/10) saat ditemui dalam Franchise and Business Concept Expo 2009 di Yogyakarta.

Menurut dia, dukungan pemerintah terhadap waralaba sangat minim. Pemilik peluang usaha kurang mendapat pembinaan dan pelatihan sehingga tidak memahami pentingnya menjadi waralaba.

Selama ini, pemilik usaha biasanya terburu-buru untuk menjual ide usahanya karena tergiur dengan penghasilan yang akan didapat. Padahal usaha yang ia rintis belum benar-benar tertata baik dari sisi manajemen maupun pemasaran. Akibatnya, banyak investor yang rugi karena usahanya tidak bisa bertahan lama. Di DIY, hal itu terjadi pada peluang usaha di bidang makanan.

Anang menuturkan, pemilik peluang usaha bisa saja menjual ide usahanya. "Namun ia harus terbuka kepada calon investor sehingga mereka mengetahui risiko usahanya. Ia harus jujur bahwa usahanya itu belum bisa disebut waralaba. Jadi kalaupun dijual, dia tidak bisa memungut biaya franchise . Harga jualnya pun bisa ditawar oleh investor," jelasnya.

source : http://bisniskeuangan.kompas.com

Rabu, 18 Februari 2009

Just action and see what is the result - fantastic

yang BEPnya cuma 5 jam juga ada koq Pak, jualan nasi kuning(nasi
uduk) hehehehe...
ini pengalaman saya jaman kuliah dulu,
kebetulan kampus baru aja di pindahkan dari sekeloa ke jatinangor,
belum banyak orang jualan dan masih gersang.
saya yang tiap pagi berangkat kuliah sarapan dulu, sampai di kampus
ngeliat temen-temen pada "ngeces" karena nggak ada yang jual makanan.
dari situ langsung keidean untuk jual "sarapan"
gimana caranya? pertama saya hubungi tetangga yang memang jualan nasi
kuning yang menurut saya dan keluarga sangat enak karena nasinya
pulen dan tidak lengket, belum lagi sambel oncomnya.... maknyuuuusss.
saya bilang mau pesen nasi kuning 20 bungkus, dengan harga 400 rupiah
(sekitar tahun 1996 nasi kuning 400rp udah pake irisan telur, irisan
timun, kerupuk dan sambel oncom), terus saya kasih kemasan ke ibu
yang bikin nasi kuning itu, pake kemasan plastik, ditambah
sendok "bebek" plastik yang kualitas 1 (pinggirannya ndak tajem),
untuk kemasan dan sendok habis 65rp/pc.
Saya bilang besok pagi jam 6 saya ambil udah siap ya bu.
besok paginya saya berangkat kuliah, saya bawa tuh 20 bungkus nasi
kuning seharga 500rp(465rp) , saya titipkan di tukang parkir kampus
(sebelumnya saya sudah sounding sama dia mau titip dagangan)saya
bilang sama tukang parkir titip jualin dengan harga 1000 dari saya,
mamang jual bebas aja berapa. akhirnya dia jual harga 1500 sudah
termasuk teh botol (jaman dulu teh botol kalau nggak salah masih di
kisaran 200- 300 rp)
4 jam saya kuliah dan mau pulang saya tanya tukang parkir gimana
jualannya? Habis den. Alhamdulillah. ..
jadi dalam 5 jam jualan saya sudah BEP dongk. :D modal 500rp kali 20
= 10rb rp pulang-pulang bawa uang 20 rb rp. hehehehehhee. ...
kalau yang seperti itu udah termasuk bisnis belum ya Pak Hadi?
besoknya saya langsung tambah quantitinya jadi 40 pcs, Alhamdulillah
habis lagi.....seterusnya saya cuma bisa bawa 40 pcs itu, wong pake
motor dari bandung ke jatinangor(jarak kurang lebih 25 Km) mau
kuliah. selama beberapa bulan jalan terus dan Alhamdulilah pulang
kuliah habis terus. Dari situ saya sudah nggak pernah minta uang
bensin lagi sama ortu.
Tapi ceritanya berakhir setelah saya mulai jarang kuliah karena sudah
mulai skripsi. si mamang tukang parkir akhirnya coba menduplikasi
nasi kuning saya, dan dari ceritanya hanya laris beberapa hari,
selanjutnya sering sisa, sehingga akhirnya dia nggak jualan nasi
kuning lagi, mungkin rasanya nggak seenak nasi kuning yang saya jual.
kasian juga sih. tapi saya udah jarang ke kampus jadinya kalau
dipaksakan berat diongkos.
jadi buat rekan-rekan yang belum action, segeralah action. seperti
yang Pak Hadi katakan, mulailah dari yang kecil. jangan kita bermuluk-
muluk, tetapi lakukan sesuai kemampuan dulu. lambat laun perbesarlah.
mengenai nasi kuning ini pun saya masih berkeyakinan, bahwa ini
merupakan peluang usaha yang kalau ditekuni bukanlah sesuatu yang
remeh temeh, justru yang remeh temeh ini yang jarang dilirik orang
dan biaya untuk memulainya tidak terlalu besar tetapi memberikan
income yang cukup besar.
ada cerita lainnya yang sangat religius, soal jual nasi kuning di
kampus ini, semuanya berhubungan dengan rasa malu alias gengsi, dan
saya langsung di "peringatkan" oleh Allah. ceritanya saya sharing di
postingan berikutnya.

Someone

Rabu, 21 Januari 2009

HIDUP SEDERHANA SANGAT MENGUNTUNGKAN

“In character, in manner, in style, in all things, the supreme exellence is simplicity. – Dalam karakter, sikap, gaya, dalam segala hal, kesederhanaan adalah hal yang terindah.”
~Henry Wadsworth Longfellow~

Hidup sederhana sangat menyenangkan. Terlebih dalam kehidupan modern dimana kita tak pernah dapat lepas dari banyak sekali pilihan dan jalan sekaligus kesulitan. Berusaha hidup sesederhana mungkin akan sangat membantu kita menemukan banyak keuntungan dan hidup lebih baik meskipun kita harus dihadapkan pada kondisi krisis ekonomi global seperti saat ini.


Selain itu, hidup sederhana akan membuat kita lebih menikmati apa yang ada saat ini, karena tidak terlalu khawatir akan masa depan atau opini negatif orang lain. Sebagaimana Sir Chinmoy mengatakan, ”Simplicity is our natural or conscious awareness of reality. – Kesederhanaan adalah kesadaran alamiah akan kenyataan diri kita sendiri.” Kesadaran tersebut akan membantu kita lebih fokus pada potensi diri sendiri dan semangat untuk lebih giat berusaha, tak hanya berangan-angan atau meratapi kegagalan masa lalu. Dengan demikian, kita dapat meraih harapan lebih cepat dan lebih banyak dari yang diinginkan.

Kesederhanaan dalam hidup semua berawal dari pikiran. Hidup sederhana sama artinya dengan terus belajar menjernihkan pikiran dan tidak membiarkan diri kita dikuasai oleh pemikiran-pemikiran negatif. Dengan kata lain, kesederhanaan membuat kita menemukan ketenangan pikiran.

Kemauan untuk selalu hidup sesederhana mungkin dapat menumbuhkan kreatifitas. Cobalah bertanya kepada diri sendiri tentang apa yang dapat Anda lakukan dengan apa yang Anda miliki? Pertanyaan tersebut akan mendorong Anda untuk memutar otak guna memecahkan suatu masalah dengan memanfaatkan apa yang sudah Anda miliki, daripada mencoba untuk ’membeli’ solusi yang berarti pengeluaran uang lagi.

Keuntungan lain dari hidup sederhana lainnya adalah tidak menimbulkan kecemburuan sosial, kesibukan yang berkurang, sehingga lebih banyak waktu untuk istirahat, mengembangkan diri, berbagi dengan orang lain dan lain sebagainya. Keuntungan yang terpenting adalah kita menjadi lebih bahagia dengan apapun yang kita miliki. Sementara keuntungan selalu ada dari hidup sederhana adalah biaya hidup menjadi lebih ekonomis.

Harus dipahami bahwa hidup sederhana bukan kehidupan kaum miskin. Sebab banyak milyuner kelas dunia hidup sangat hemat dan sederhana atau jauh dari kemewahan. Kita coba perhatikan Warren Buffet yang disebut majalah Forbes edisi bulan Agustus 2008 sebagai pria terkaya di dunia dengan total kekayaan senilai 62 milyar USD. Keseharian hidup pria yang mendapat gelar Sage of Omaha atau Oracle of Omaha karena kehebatan pikirannya tersebut sangat dekat dengan prinsip hidup hemat dan mungkin dapat kita jadikan pedoman.

Ketika diwawancara televisi CNBC beberapa waktu yang lalu, Warren Buffet menyatakan bahwa ia masih tinggal di rumah sederhana berkamar 3 di kota Ohama. Rumah itu sudah ia tempati bersama keluarga sejak menikah tahun 1959. Walaupun rumah itu jauh dari kesan mewah, tetapi ia mengatakan, “Saya memiliki segalanya di rumah ini.”

Dengan harta yang sedemikian banyak dan sumber pendapatan yang sangat besar, Warren Buffet masih sangat berhati-hati dalam hal pengeluaran uang. “Watch your expenses,” katanya. Ia hanya akan membeli barang jika benar-benar diperlukan, itupun dengan harga semurah mungkin. Ia menyarankan agar membudayakan sikap seperti itu tak hanya pada diri sendiri, melainkan kepada semua anggota keluarga.

Ia menjelaskan bahwa pengeluaran sekecil apapun akan membebani kondisi keuangan. Untuk itu ia menyarankan agar menjadi ’smart buyer’ atau pembeli yang cerdas yang hanya membeli barang atau jasa yang diperlukan bukan yang diinginkan. Sebab keinginan manusia tak pernah ada habisnya bahkan sering menyebabkan kebangkrutan.

Pada saat yang sama ia juga menyatakan, “Always think how you can accomplish things economically. – Berusahalah untuk mendapatkan segala sesuatu dengan harga paling ekonomis atau murah.” Hal itu tercermin dari keseharian Warren Buffet yang tak pernah membeli mobil baru, tidak mempunyai sopir ataupun pengawal pribadi. Kemana-mana iapun memilih menumpang pesawat kelas bisnis daripada menaiki jet pribadi, meskipun ia memiliki perusahaan pembuatan pesawat jet terbesar di dunia.

Sikap Warren Buffet yang berani menjadi diri sendiri patut kita teladani. Ia berprinsip bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang dapat mengendalikan kehidupan dan masa depannya sendiri. Itulah mengapa ia tidak pernah membeli barang-barang bermerek atau melakukan kebiasaan mewah lainnya, melainkan membeli barang-barang yang membuatnya merasa nyaman.

Meskipun hartanya melimpah ruah, tetapi ia tidak suka pamer. “Don’t try to show off, just be yourself and do what you enjoy doing. – Jangan pamer, jadilah diri sendiri dan menikmati apa yang Anda lakukan,” tegasnya. Ia mengingatkan agar kita tidak terjebak dengan sikap semu, misalnya ingin selalu menunjukkan kesan mampu atau mengedepankan gengsi walaupun harus menguras isi kantong. Sikap hidup sederhana dan apa adanya itu akan jauh lebih baik dan menguntungkan, daripada berusaha mengejar gaya hidup di luar jangkauan kemampuan keuangan.

Warren Buffet mewanti-wanti agar tidak berhutang. “Avoid bank loans and invest in yourself. – Hindari membayar bunga bank (meminjam uang) dan berinvestasilah untuk diri sendiri,” pesannya. Bukan berarti ia anti berurusan dengan bank atau pinjaman, asalkan pinjaman tersebut benar-benar dimanfaatkan sebagai modal usaha meningkatkan kualitas ekonomi dan bukan untuk memenuhi gaya hidup konsumtif.

Sikap hemat dan sederhana Warren Buffet bukan pertanda ia hanya senang menumpuk pundi-pundi uang atau ia enggan berbagi dengan orang yang kesulitan. Tahun 2006, ia mendonasikan 90% dari hartanya, berkisar diantara 30,7 milyar USD, untuk yayasan sosial Bill & Melinda Gates. Walaupun hartanya sudah didonasikan sedemikian banyak, gaya hidup hemat dan sederhana membuat hartanya terus bertambah bahkan sekarang jauh lebih besar (62 milyar USD).

Kehidupan Warren Buffet menginspirasikan betapa kesederhanaan itu menguntungkan. Kesederhanaan dan sikap hemat Warren Buffet tidak hanya membuat dirinya menikmati kesuksesan, tetapi juga lebih dicintai dan dihargai banyak orang dibandingkan mereka yang selalu hidup bergelimang kemewahan. Jika Anda ingin menjadi mengambil bagian keuntungan dari kesederhanaan itu, maka mulai saat ini jadikan pola hidup sehemat dan sesederhana mungkin sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam keseharian Anda.

*Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best- seller.Kunjungi websitenya di : www.andrewho-uol.com

lama nih

dah lama gak aktif nih, sibuk dengan kerjaan, btw spirit to be entrepreneur is never ended. sementara baru buka stu usaha nih.. target 2009 harus punya usaha sendiri yang lahir dari ide sendiri... WISH ME LUCK

Selasa, 25 November 2008

Made Ngurah Bagiana

Di rumah mungil di kawasan Perumnas Klender, Jakarta Timur, belasan pegawai berkaus merah kuning terlihat sibuk. Roti, daging, sosis, hingga botol-botol saus kemasan bertuliskan Edam Burger disusun rapi dalam wadah-wadah plastik siap edar.

Pembawaannya sederhana, tak ubahnya seperti pegawai lain. Sambil tersenyum hangat, ia pun memperkenalkan diri. "Aduh maaf, ya, saya tidak terbiasa rapi, hanya pakai oblong dan celana pendek," tutur Made Ngurah Bagiana, sang pemilik Edam Burger. Beberapa saat kemudian, Made bercerita.)

Terus terang, saya suka malu dibilang pengusaha sukses yang punya banyak pabrik dan outlet. Bukan tidak mensyukuri, tapi saya hanya tak mau dicap sombong. Saya mengawali semua usaha ini dengan niat sederhana: bertahan hidup. Makanya, sampai sekarang saya ingin tetap menjadi orang yang sederhana. Sesederhana masa kecil saya di Singaraja, Bali.

Orang tua memberi saya nama Made Ngurah Bagiana. Saya lahir pada 12 April 1956 sebagai anak keenam dari 12 bersaudara. Sejak kecil, saya terbiasa ditempa bekerja keras. Malah kalau dipikir-pikir, sejak kecil pula saya sudah jadi pengusaha. Bayangkan, tiap pergi ke sekolah, tak pernah saya diberi uang jajan. Kalau mau punya uang, ya saya harus ke kebun dulu mencari daun pisang, saya potong-potong, lalu dijual ke pasar.

Menjelang hari raya, saya pun tak pernah mendapat jatah baju baru. Biasanya, beberapa bulan sebelumnya saya memelihara anak ayam. Kalau sudah cukup besar, saya jual. Uangnya untuk beli baju baru. Lalu, sekitar usia 10 tahun, saya harus bisa memasak sendiri. Jadi, kalau mau makan, Ibu cukup memberi segenggam beras dan lauk mentah untuk saya olah sendiri.

PENSIUN JADI PREMAN

Begitulah, hidup saya bergulir hingga menamatkan STM bangunan tahun 1975. Bosan di Bali, saya pun merantau ke Jakarta tanpa tujuan. Saya menumpang di kontrakan kakak saya di Utan Kayu. Untuk mengisi perut, saya sempat menjadi tukang cuci pakaian, kuli bangunan, dan kondektur bis PPD.

Kerasnya kehidupan Jakarta, tak urung menjebloskan saya pada kehidupan preman. Bermodal rambut gondrong dan tampang sangar, ada-ada saja ulah yang saya perbuat. Paling sering kalau naik bis kota tidak bayar, tapi minta uang kembalian. (Sambil berkisah, Made terbahak tiap mengingat pengalaman masa lalunya. Berulang kali ia menggeleng, lalu membenarkan letak kacamatanya).

Toh, akhirnya saya pensiun jadi preman. Gantinya, saya berjualan telur. Saya beli satu peti telur di pasar, lalu diecer ke pedagang-pedagang bubur. Ternyata, usaha saya mandeg. Saya pun beralih menjadi sopir omprengan. Bentuknya bukan seperti angkot ataupun mikrolet zaman sekarang, masih berupa pick-up yang belakangnya dikasih terpal. Saya menjalani rute Kampung Melayu - Pulogadung - Cililitan.

Tahun 1985, saya pulang ke kampung halaman. Pada 25 Desember tahun itu, saya menikah dengan perempuan sedaerah, Made Arsani Dewi. Oleh karena cinta kami bertaut di Jakarta, kami memutuskan kembali ke Ibu Kota untuk mengadu nasib. Kami membeli rumah mungil di daerah Pondok Kelapa. Waktu itu saya bisnis mobil omprengan. Awalnya berjalan lancar, tapi karena deflasi melanda tahun 1986-an, saya pun jatuh bangkrut. Kerugian makin membengkak. Saya harus menjual rumah dan mobil. Lalu, saya hidup mengontrak.

NYARIS TERSAMBAR PETIR

Titik cerah muncul di tahun 1990. Saya pindah ke Perumnas Klender. Tanpa sengaja, saya melihat orang berjualan burger. Saya pikir, tak ada salahnya mencoba. Saya nekad meminjam uang ke bank, tapi tak juga diluluskan. Akhirnya saya kesal dan malah meminjam Rp 1,5 juta ke teman untuk membeli dua buah gerobak dan kompor.

Bahan-bahan pembuatan burger, seperti roti, sayur, daging, saus, dan mentega, saya ecer di berbagai tempat. Dibantu seorang teman, saya menjual burger dengan cara berkeliling mengayuh gerobak. Burger dagangannya saya labeli Lovina, sesuai nama pantai di Bali yang sangat indah.

Banyak suka dan duka yang saya alami. Susahnya kalau hujan turun, saya tak bisa jalan. Roti tak laku, Akhirnya, ya, dimakan sendiri. Masih untung karena istri saya bekerja, setidaknya dapur kami masih bisa ngebul. Pernah juga gara-gara hujan, saya nyaris disambar petir. Ketika itu saya tengah memetik selada segar di kebun di Pulogadung. Tiba-tiba hujan turun diiringi petir besar. Saya jatuh telungkup hingga baju belepotan tanah. Rasanya miris sekali.

Di awal-awal saya jualan, tak jarang tak ada satu pun pembeli yang menghampiri, padahal seharian saya mengayuh gerobak. Mereka mungkin berpikir, burger itu pasti mahal. Padahal, sebenarnya tidak. Saya hanya mematok harga Rp 1.700 per buah. Baru setelah tahu murah, pembeli mulai ketagihan. Dalam sehari bisa laku lebih dari 20 buah.

Untuk mengembangkan usaha, saya mengajak ibu-ibu rumah tangga berjualan burger di depan rumah atau sekolah. Mereka ambil bahan dari saya dengan harga lebih murah. Sungguh luar biasa, upaya saya berhasil. Dalam dua tahun, gerobak burger saya beranak menjadi lebih dari 40 buah. Saya pun pensiun menjajakan burger berkeliling dan menyerahkan semua pada anak buah.

Tak berhenti sampai di situ, tahun 1996 saya mencoba membuat roti sendiri dan membuat inovasi cita rasa saus. Seminggu berkutat di dapur, hasilnya tak mengecewakan. Saya berhasil menciptakan resep roti dan saus burger bercita rasa lidah orang Indonesia. Rasanya jelas berbeda dengan burger yang dijual di berbagai restoran cepat saji.

(nova)
source : http://gacerindo.com/2008/utama.php?menu=kisahsukses&ida=63

1001 Cara Menjadi Enterpreneur

Dia sebenarnya adalah seorang staf di salah satu lembaga pemerintahan dan juga mengadu keberuntungan yang lain dengan berjualan mie & nasi goreng. Jauh sebelum kenal dengan teori ”irresistible sensational offer” yang digemborkan para sesepuh tda, bapak ini sudah mempraktekkan teori marketing yang sangat sederhana tapi cespleng.

Beda dengan penjual mie & nasi goreng kebanyakan, warung mbah mo (disebut gitu aja ya) melakukan praktek marketing dengan cara sering tampil di radio, meskipun hanya kirim ”salam”. Aktivitas kirim salam untuk dirinya sendiri atau untuk istrinya, terkadang juga dari istrinya untuk keluarganya dll, adalah rutinitas marketing yang dikerjakannya dan diakhir pasti ada peryataan tentang warung mie & nasi goreng mbah mo tadi.

Misalnya : ”Salam untuk neng wati, tadi malam enak ya pertemuan di warung mbah mo, bisa makan nasi goreng yang uenak tenan,” trus misalnya juga ”salam dari mas basuki, Mbah Mo terima kasih ya teman-teman saya puas atas makan malam di tempatnya mbah mo”....dll yang semuanya dilakukan mbah mo sendiri...luar biasa. Kemudian tak lupa juga menyebar brosur yang sampai dilakukan ke tengah kota. Dan anda pengin tahu berita selanjutnya...konon warung mbah mo ini menjadi terkenal bahkan sampai pejabat & artis pernah ke tempatnya untuk mencicipi mie & nasi goreng racikannya.

Dari menteri juga presiden pernah makan di tempatnya dan bahkan ada yang langgana sertiap ke jogya pasti mampir ke tempatnya yang sebenarnya letaknya jauh dan susah dijangkau. Padahal dari segi rasa sebenarnya juga standard saja koq, tidak jauh berbeda dengan yang lain. Dan sekarang dia memiliki karyawan termasuk orang tuanya sendiri menjadi karyawannya. Kalo bekerja ya di gaji dan yang lainnya tetap dia berbakti sebagai anak. Ini semua terjadi berawal dari mimpinya bahwa dia ingin setiap orang datang ke warungnya, tidak peduli dia rakyat biasa, artis, pejabat maupun presiden. Nah loh yang mau jadi enterpreneur, sudahkah punya impian yang real, sehingga Allah tidak keliru untuk mengabulkannya....

Ketika saya ada pekerjaan kantor, untuk koordinasi renovasi kantor reps bojonegoro tahun lalu, saya tergelitik dengan warung bakso yang ada di seberang jalan kantor reps yang saya kunjungi tadi, tepat di pojok perempatan, dekat lampu merah. Ada tulisan menyolok di list plank nya ” Bakso Ora Patek Enak”. Namanya memang seperti itu, tapi kalau anda kesana jangan ditanya berapa orang yang makan bakso di tempat ini, ramai sekali dan memang lumayan enak lho baksonya, promosi dikit khan gak papa ya... Nah ini pula yang diceritakan oleh Cak Fud dan Pak Panca kepada saya beberapa hari yang lalu. Dan konon juga telah dimuat di majalah wirausaha & keuangan.

Terbukti bahwa nama itu penting untuk menciptakan Branding, Gimana mau buat juga ”Soto Gak Patek Enak” he..he.. Jadi Entrepreneur...?Dua cerita itulah yang mengawali diskusi yang disampaikan oleh Cak Fud (nama lengkapnya abdullah mahfud), seorang pengusaha supplier chemical untuk industri besar asal surabaya. Dan ternyta Cak Fud ini adalah orang yang sering saya temui ketika saya masih tinggal di perumahan galaksi bumi permai (araya), salah satu kawasan perumahan elit di surabaya Kami sama-sama sering sholat jama’ah di masjid arroyan yang berada di kompleks perumahan tersebut dan juga sama-sama sebagai imam pengganti ketika imam tetapnya (pak Luqman Baswedan, pengusaha jual beli otomotif dan pak Zubaidi, Pembantu Dekan I FTK ITS) berhalangan hadir.

Saya baru tahu kalau beliau adalah seorang pengusaha dan juga secara ikhlash menjadi mentor bagi pengusaha pemula seperti saya ini. Cak Fud mengingatkan bahwa kita harus punya impian yang spesifik yang merupakan gambaran masa depan yang akan kita capai. Pendek kata dia menyampaikan kita harus jadi BOSS bagi diri kita sendiri. Karena boss itu selalu benar, boss itu lebih kaya dan boss itu banyak liburnya. Kalau menurut saya ada benarnya juga pernyataan ini karena yang namanya boss itu punya segalanya baik kekayaan, jabatan dan yang lebih menarik lagi dia bisa mengatur hidupnya dengan sebaik-baiknya. Dan yang lebih penting adalah seluruh hidup kita harus berorientasi akhirat maka insyaallah dunia akan melayani kita. Ingat kisah Soichiro Honda, sang pendiri kerajaan bisnis otomotif ”Honda” yang industri dan pasarnya mendunia itu..?

Kita mungkin membayangkan kalau dia hidup glamour tetapi yang kita lihat justru sebaliknya, dia hidup sangat sederhana dengan satu rumah dan tidak mewariskan hartanya kepada anak-anaknya. Dan dia pernah mengatakan ”orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. tapi tidak melihat 99 % kegagalan saya. jadi, ketika anda mengalami kegagalan, maka mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru.” Pribadi yang luar biasa pikir saya...Jadi kalau kita mau anggap mudah maka insyaallah akan mudah juga, jadi mau pilih mana...? Dan terakhir beliau menyampaikan sesuatu yang sangat penting untuk direnungkan bagi para pengusaha/calon pengusaha, diantaranya : Seorang pengusaha itu harus memiliki kecerdasan finansialPandai itu tidak menjamin suksesOrang sukses adalah orang yang mengalami kegagalan lebih banyak daripada orang lainOrang sukses adalah orang yang sebanyak-banyaknya memanfaatkan orang pandaiSukses itu ada harganyaPengusaha itu...malas kerja tapi cerdas berpikir.

(arif prasetyo aji)
source : http://gacerindo.com/2008/utama.php?menu=strategibisnis&ida=82

Semut & Lalat

Dikirim oleh: Januar Wu (ENG)

Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta diatas sebuah tong sampah didepan sebuah rumah. Suatu ketika anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat. “Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar” katanya.
Setelah kenyang si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.
Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan dan esok paginya nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai.
Tak jauh dari tempat itu nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.
Dalam perjalanan seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua “Ada apa dengan lalat ini Pak ?, mengapa dia sekarat?”.
“Oh.. itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini, sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita” Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi ”Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? kenapa tidak berhasil?”.
Masih sambil berjalan dan memangggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab ”Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama”. Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya namun kali ini dengan mimik & nada lebih serius ” Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama namun mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat in i”.
salam bijaksana,
Haryo Ardito,
Ketua Harian Asosiasi Manajemen Indonesia – DKI Jakarta